Berkasih: Waktu Memandikan

" Dik, ayo mandi sama power rangersmu". 
" Ayo aunty, sebentar aku ambil dulu yang merah, biru, kuning, sama pink," tutur adik sambil tanganku ditarik ke tempat mainnya. 
Adik kalau tak ada kesempatan untuk diajak pergi dia gak bakal mau mandi pagi dengan sukarela. Dipaksa cara apapun, bagiku tetap cara manjurnya adalah mengajak mainannya ikut mandi jua. 
Adapun yang paling menggemaskan darinya adalah ketika ia akan masuk hari pertama bertemu temannya sekolah luring di rumah guru kelompok bermainnya. Sejak setelah shubuh adik mandi dan berdandan rapi, sambil terus-terusan menanyakan pukul berapa supaya adik segera berangkat sekolah. Kalau masalah tanggung jawab buat sekolah kayaknya adik jagonya. 

Itu kebiasaan baiknya kala berencana mandi. Adapun saat mandi, kadang-kadang aku dibuat dongkol kala adik main air terlalu lama, bercanda ria dengan pahlawan super atau mobil-mobilan plastik yang dibawanya untuk pula ikut mandi. Sedang aku merasa harus membangun waktu yang kupunya untuk melakukan hal sebaik mungkin. Dongkolku gak karena mengulur waktu aja ternyata. Ide jahil adik buat menyiramku sering muncul, pikiran polosnya masih berpikir "ah, aunty bisa gantu baju setelah ini" belum sampai dia berpikir "aduh, mana cucian belum ada yang disetrika yang lain belum kering" ya, karena notabene ia masih kecil dengan pikiran senang yang sesederhana itu. Tak perlu banyak berpikir dan berpikir panjang. 

Tapi jujur aku menikmati memandikan adik dan momen percakapan simpel dengannya itu. Polosnya berarti sangat jujur. Ia belum termakani garam atau kelebihan gula dari banyak sisi. 

Baru pagi ini, setelah ia mandi dengan tokoh pahlawan super pilihannya dalam percakapannya tersirat hal yang mungkin kini tak lagi kudengar tulus dari orang-orang dewasa. Kami sedang membicarakan kucing yang tertabrak dan tak ada yang menolong di depan toko bahan roti di pasar menuju alun-alun. 

"Aunty hebat," kata-kata itu menjurus dari mulutnya yang gemas terbelah dan berbentuk waru. 
"La kenapa gitu, dik?" 
"Soalnya kalau gak ada aunty kucingnya gak ada yang nolong se... Aunty waktu itu lak ngambil kucinge ya telus di taruh di depan toko"
"Kok adek gak mau nolong?"
"Aku gak berani Aunty. La iku, ada truk nanti kalau aku ditubluk yo opo? Aunty kalau ditubluk juga nanti aku gak ada yang nyayang nanti aku lak nyari aunty telus"























Bibirku tak gerak sedikitpun. Segera ku pakaikan bedak di area tubuhnya yang berisi dan menggemaskan. Kemudian memakaikan bajunya, menyisir rambutnya, dan memakaikan wewangian. Setelah itu aku melepasnya ikut ke halaman depan memantau orang-orang yang sedang berjualan. Sambil sesekali ia minta sesuatu dan pagi ini ia minta susu kedelai pink ke tukang sayur. 

Aku memang sayang adik ❤

Bonus: Adik Elmo yang udah gede, padahal kayaknya kemarin-kemarin aku masih kuat kalau digelayutin macem gini 




Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��