Berkasih: Kado Natal

Aku kehilangan satu per satu teman yang aku sayang. Takut sangat kehilangan kamu yang baru saja 3 tahun aku kenal. Aku merasa tak sedekat itu dan merasa canggung melihat kamu paling menarik di antara perkumpulan manusia lainnya waktu itu. Bahkan, mendengar namamu saja aku minder. Jujur aku selalu mengagumi cerita-ceritamu mulai dari pertanyaan "mengapa sampai ada pembedaan sosial antara perempuan dan laki-laki?" hingga pertanyaan sepele masalah "wajahmu" yang tak seperti orang suku mayoritas di Pulau Jawa. 
Semuanya kau jawab dengan menawan semua orang menatapmu, semua orang mengagumimu," batinku saat mengobservasi teman-teman yang berkumpul mendengar ceritamu. 
Seharusnya pun, ini akan kutulis di surat konvensional yang akan aku kirim bersama kado natal yang kubuat khusus untukmu. Seharusnya tak mungkin jadi keharusan kalau sudah dilanggar. Hehe... 

" Gem, mari kembali pada keadaan yang baik-baik saja versi kita. Aku masih ingin ke Jogja apalagi ke Temanggung. Tapi Desember ini kelihatannya peraturan yang berlaku di Jogja cuma menguntungkan wisatawan (seperti aku) tidak untukmu yang warga DIY. Aku tidak mau kamu rugi, pun aku tidak mau aku rugi. Bukankah begitu lebih adil? Daripada harus aku memaksakan diri ke sana sedang aku sendiri masih ragu buat pergi ke Jogja dengan keadaan yang sekarang. 
Kadang aku berpikir Jogja adalah tempat ternyaman bagiku sehingga aku takut terlanjur lalu walau hanya singgah. Meski tidak semua hal di Jogja adalah kenangan tentangmu, ada juga kenangan tentang mantan, teman, teman yang tidak menganggap aku teman, dan tentu saja kesendirian yang sangat ku nikmati di sana. Aku tersiksa juga Gem, tidak punya ruang privasi di sini. Tidak menjadi nyaman pada batas yang dibuat ada sejak aku lahir. Aku berpikir aku jadi setengah diriku di sini. Masih ada hal-hal yang belum bisa ku ungkapkan gejala maupun rasanya. Kenapa aku jadi curhat, sih?. 
Aku juga harus menunggu waktu yang tepat untuk kembali menjadi "congkakers" hehe... kadang aku mikir sulit aja bersepuluh sama-sama lagi. Atau setidaknya cuma berdua sama kamu ke Temanggung. Aku merasanya kita jadi beda dan jauh, padahal kita deket. Padahal kita masih sering berkabar. Aku rindu 10 menit memandangi punggung pegunungan yang aku tak tahu namanya apa di jalanan sebelum ke SDN Kaloran 2 sebetulnya sama rindunya aku dengan GSP di Jogja."




Selanjutnya kamu harus membaca suratku ya. Terima kasih buat secara tidak langsung hadir dalam cerita kenang hidupku sampai detik ini (saat tiap kali kamu membaca ini). Me love you too. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��