Renung: Mati Lebih Cepat
Selamat! Lima menitku, ku habiskan dengan melahap habis katamu yang ternyata putus di kalimat tanpa titik itu. Lima belas menit selanjutnya aku merasa tak pernah melakukan hal-hal yang sama kalian lakukan, hal-hal yang membuatku sore ini memahami bahwa memang aku tak pernah merencanakan masa depan itu. Aku bahkan tak mempersiapkan diriku dalam masa depan itu. Selanjutnya semakin ku dalami kata-kata kalian yang menurut kalian masuk akal tapi bagiku belum cukup kuat dengan menangis. Iya, aku dalam tahap penerimaan dan harus melepaskan dulu sebelum menerima.
Mati muda
Jadi, di usia berapa aku akan memilih meninggalkan keduniawian yang muskil? Seberapa berani aku menantang menjawab itu? Mengapa aku harus menjawab? Bukankah sudah ada ketentuan, tapi kalau aku merencanakan kematian apa sama saja dengan mendahului kehendakNya? Sebentar dulu, apa aku seorang pendosa yang bahkan tak boleh mengatakan hal-hal demikian?
Ada yang bilang ingin seperti Chairil Anwar, ada yang bilang sebelum 30, lainnya aku tidak menjamin mengerti - benang merah itu belum terurai betul : menyisakan, menyiksa, kan?.
Terima kasih 8 Juli tahun ini, hadirmu membuatku sedikit paham atas pilihanmu meski tak sepenuhnya. Selamat beranjak dewasa. I love you beneran! Meski kamu love urself first ya.. Haha.
Anak anjing bahagia 🐈 tapi gambar kucing // gimana sih? 07/11/19
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu