Refleksi: Memikirkan Ini Tidak Habis-Habis

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Matius 6:34)
Wah, alkitab pun mengajarkan demikian rupanya. Indah betul memang semua isi kitab-kitab yang telah turun. Cuma... Manusia harus sering-sering baca buat pandai menyaring yang memang dibutuhkan untuk kehidupannya masing-masing. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi zaman yang terjadi, serta kalau bisa pun tidak sekadar membaca tanpa mengerti artinya. 
Susah kalau baca Al-Qur'an yang berbahasa Arab itu kalau baca dan dipahami pakai tulisan Arab. Aku sampai pernah berpikir buat apa aku baca kalau tak paham apa-apa kecuali lafadznya? (Makanya dulu sempat ambil Bahasa Ibrani waktu kuliah, motivasinya biar bisa baca Alkitab Ibrani - sama tak tahu artinya kan, yang penting bisa baca). Semakin ke sini karena semakin tahu, akhirnya kalau ada kata dalam Bahasa Arab di Qur'an yang buatku menarik, sering dilafalkan masyarakat umum, atau bahkan dijadikan nama oleh orang-orang yang kukenal, aku berhenti sebentar. Mencarinya pada terjemahan dimana bait menarik itu berada. Pikirku, supaya setidaknya baca tidak hanya di permukaan. 
Memang setelah tahu, mengerti, dan bahkan paham nantinya menerjemahkan ke dalam kehidupan adalah tugas individu masing-masing. Sebab pun agama adalah moda transportasi rohaniah yang diyakini dan bersifat privat, gak bisa orang lain memaksakan. 
Membaca kitab-kitab yang telah turun membuatku takjub. Cerita-cerita kepatriotikan yang tak dapat ku temui dalam cerita kehidupan akhir-akhir ini, selalu terdengar dari sudut tersembunyi dalam kitab-kitab itu. Tiap-tiap cerita berkesan itu yang buat manusia sampai sekarang menggenggam hal-hal yang mereka yakini. Iya, yakin. Tapi tidak dipraktikkan sesuai keyakinan itu. Membuat pusing, semua orang ingin jadi pemeran utama dalam tiap drama, tidak ada yang mau mengalah : cuma segelintir. Akibatnya,  kesusahan pada tahap itu tetap terjadi pada hari-hari berikutnya - khawatir berlarut. Padahal harusnya, hari itu untuk hari itu. Tapi kalau khawatir yang berbeda apa boleh buat? Boleh, kan? 
Berarti sebelum pagi esok, kita harus menemukan setidaknya solusi buat menghilangkan duka atas susah yang kita buat itu. Otak diberkahkan pada manusia buat berpikir, tidak membuatnya hanya untuk aksesori. Mungkinkah Tuhan waktu itu memberikan pilihan demikian dalam cerita itu?. 
Aku masih sering bertanya-tanya: mengapa? Pada beberapa ajaran yang membuat diriku mengernyitkan dahi. Membuat beberapa orang yang mengenalku salah sangka, padahal aku cuma ingin tahu dan lebih memahami tiap-tiap fungsi kehidupan, manusia, dan alam. 


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��