Opini: Bekal untuk Suami

Tagline yang sedang viral di jagat twitter akhir-akhir ini menggelitikku juga. Beberapa orang yang merasa feminis memprotes memertanyakan mengapa yang masak harus istri, suaminya kenapa gak masak sendiri?. Hoi! Di dunia yang segala-galanya dibebaskan apalagi buat berpikir boleh-boleh saja menyebut demikian. Sah-sah saja menanyakan hal itu, dan jiwaku yang agaknya beberapa saat pun menyatu dengan isu feminis karena 'pernah' ku pelajari dari kelas dan diskusi ikut terbawa suasana keramaian ini. Balik lagi dong, mereka para istri yang membuatkan bekal untuk suami itu melakukannya dengan tulus lebih-lebih mungkin kalian gak tahu kan kalau sebetulnya sudah terjadi kesepakatan antara suami-istri buat pembagian peran mereka masing-masing dalam rumah tangga mereka. 
Anda hidup sebagai individu saja punya batas dong mana yang memang diinginkan untuk diberitakan ke dunia luar dan ada yang tidak?. Ya sama, dalam rumah tangga pun demikian. Kebetulan bagi istri yang posting membuat bekal untuk suami ini yang bisa diberitakannya pada dunia adalah membuat bekal untuk suami. Memasak bikin happy Si Istri, makanya kan dibagi ceritanya ke twitter, malah diributkan. Kenapa gak diambil sisi positifnya aja? kenapa dicari jeleknya? Bagiku, Si Istri pembuat bekal ini malah menginspirasi. Kusimpan threadnya barangkali nanti aku bisa memasak masakan dengan bahan seadanya seperti kisah istri ini, gak harus nunggu kalau punya suami kan?. Buat diri sendiri dulu, lagi pula aku juga butuh makan. Lah coba komentarnya ke arah sana, mungkin isu 'istri membuat bekal untuk suami' ini gak seheboh kemarin.  
Lagi pula kalau mengusut budaya beban ganda seorang istri (kerja dan urusan domestik) dalam urusan rumah tangga saat ini sepertinya pun kurang relevan. Meski banyak perempuan dan laki-laki yang mengikrarkan janji sebagai suami-istri tidak tahu-menahu soal isu yang dibawa dari sistem patriarki ini, secara tidak langsung dalam berperilaku dalam masyarakat, banyak perempuan yang makin sadar kalau dirinya ditindas atas sistem yang mengakar kuat itu. Nyatanya, banyak Ibu-Ibu tetanggaku yang bakal menindak tegas suaminya kalau hari Minggu malas membersihkan rumah, merasa rumah dihuni tak hanya dirinya saja. (kok aku tahu? ya tahu, wong temboknya nempel dengan tembok rumah). Begitupun Bapak-Bapak yang kulihat sudah mulai banyak yang melakukan tugas domestik seperti membeli sayur dan pegang sapu ijuk di rumahnya, bahkan Papaku sendiri yang mencuci baju orang serumah (kalau lagi baik, wkwk).  
Oh ya, mungkin setelah membaca tulisan Dinayuuhuu anda yang bertanya-tanya "lalu mengapa ada istri yang begitu patuhnya ke suami?" bakal bisa tidur nyenyak setelah mengetahui jawabannya, seperti penulis. Yuuhuu membahas 'bahasa cinta' dalam sebuah hubungan, tentu saja dengan gaya penulisan santun dan mudah dipahami khas penyiar radio. Kuharap banyak orang yang membaca tulisan yang bermanfaat dari Yuuhuu ini. 


Sudah siap membuat bekal untuk hari ini? :)



Catatan kecil: Bagiku semua hal yang tidak sejajar tentu saja membuatku risih, tapi sebagai manusia yang sering luput tentang lain-lain yang menyertai ketidaksejajaran buatku sering berpikir ulang menerapkan hal-hal yang harusnya sesuai tapi nyatanya tak bisa kita sama-ratakan. 


Wah 2016 dengan "Angin" ternyata lama juga ya.. (Pasti aku lagi ngecek tugas mingguan hahaha sambil mendengarkan diskusi intens Yuuhuu dan Nike)

Kuliah lapangan (gratis) studi gender 

Sebetulnya cuma mau selca hh

Sebelum pembagian kelompok, ambil duduk yang belakang biar enak rumpinya. 

Kuliah lapangan berkedok jalan-jalan 

Astaga wanita hebat!!! 


Besok sudah Juli: seram

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��