Refleksi: Hidup Memang Harus Ada Krisisnya

Aku baru-baru ini memahami kata-kata yang terlontar dari bibir Mbak Via di pertemuan terakhir dengannya. Begini katanya," Abis ini kamu akan merasakan yang namanya quarter life crisis". Yups, aku kemudian berpikir " oh yang manakah ini maksudnya?"

Krisis yang terjadi padaku ini datangnya :
1. Sebenarnya tidak ada rasanya, mulus sekali masuk dalam sel-sel hidup dalam kehidupan.
2. Gak tahunya, mulus tapi lama-lama jua jadi bukit - ada klimaksnya - belum tahu kapan terjadi antiklimaks. 
3. Oh, macam-macam juga ya pertanyaan yang harus segera dijawab, atau lebih-lebih dibiarkan bodo amat -.-
4. Tidak semudah menjawab tes psikologi online menunjukkan seberapa dewasa umurmu dari pertanyaannya.   
5. Ugh! segera kuingin melewatinya, tidak lagi berputar-putar pada ketidaktetapan pun ketidaktepatan diriku. 
6. Kusadari kalau gak ada krisis-krisisan begini, hidup akan datar-datar saja dan tidak bisa diceritakan pada siapa-siapa, apa-apa yang telah kuanggap ada dan kuambil pelajarannya saat kuhidup dalam kehidupan. 

Lusa adalah hari ini, besok adalah kemarin.


Tanda-tanda:
1. Tidak bisa mengajak sembarang orang keluar, semua orang punya kesibukan masing-masing: IYA, semua orang punya prioritas yang kita sebagai sesama manusia harusnya mau menghargai prioritas tersebut. 
2. Setelah melakukan, menyesal kemudian. Meski kutahu menyesal tidak datang di awal, meski kutahu kalau di awal namanya pendaftaran, kutahu pula jika 'menyesal' ini jadi kata ajaib yang sering muncul dalam kamus hidup akhir-akhir ini. Jadi, kadang kutanamkan pada diri sendiri begini: 'Daripada menyesal di kemudian hari, aku harus mencoba hari ini :) Daripada menyesal tidak membeli, lebih baik menyesal membeli". Tapi yang jelas benar-benar menghindari penyesalan. 
3. Ragu, banyak yang perlu dipertimbangkan. Tidak boleh melangkah sembarangan, bahkan hingga mengambil awalan yang salah adalah cara-cara agar bisa bertahan hidup saat ini. 
4. Banyak pertanyaan baru dalam hidup yang sepatutnya memang dijawab kemudian dicoba, tapi aku tidak mau dengan cara lama. 
5. Melihat orang lain tumbuh dewasa. Tapi diam-diam kamu tidak menginginkannya karena resah dengan kehidupan dewasa yang rumit. Tapi harus tetap dijalani, sebab ini fase hidup - Serba Dilematis - 


Pada blogku yang menemani penulisan-penulisan selingan dalam hidup(ku), aku juga mengalami krisis - tidak bisa mendeskripsikan apa-apa yang diindera oleh panca inderaku dengan sangat telaten (lagi). Di sini intensitasnya jadi 'kadang-kadang' dan tidak begitu menghasilkan. Tapi menulis di sini sungguh buatku lega. Terima kasih :)

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��