Refleksi: Tenggat

Aku gagal menemukan diriku sendiri. Aku tidak merasa puas: aku merasakannya. Kesempatan datang, begitu pula sia-sia kubuat. Pertanyaan tidak pernah membebani, pertanyaan tidak punya salah karena telah menjadi pertanyaan. Semacam diriku malu punya usaha 'cuma sampai di situ', tak mau cari tahu, cari tahu pun punya jawaban yang menurutku kurang bagus. Berakhir tragis, dirundung mendung di hari yang cerah tanpa ikatan. 

" Ya sudah, ya sudah"
" Apa yang buatmu setenang kata 'ya sudah'?"
" Sudah tidak mengubah apapun, sudah akan tetap sudah. Sudah pun diciptakan dalam kesudahan"
" Aku semakin bingung, kamu jangan banyak berbelit dengan ragu setenang itu"
" Baik, aku akan diam tak memberi jawaban" 
" Jangan baik--- ah! kau sudah terlanjur baik!" 

Pada sebuah tanya padanya: Menurutmu selama kamu kenal aku, apakah aku pernah mengubah hidup seseorang ke arah yang lebih baik?
Terjawab: Iya, Shan. aku
(Aku lemas, merasa bodoh menanyakan hal ini dan mencari-cari lagi apa katamu yang belum rampung dalam sekali online: kemudian aku berandai-andai pertemuan akan merampungkan)


#aku mengikhlaskan. iya! kurasa ini pilihan tepat daripada kuharus membual tentang siapnya  aku pada orang-orang yang belum dengan baik kutahu. Tapi makasih atas waktu yang diberikan padaku sehingga aku berpikir : aku harus 'mula-mula' menemukan aku, jika orang lain tak bisa, ada kaca yang terus-menerus memantulkan tanya-jawab walau kutak meminta, mungkin alam bawah sadarku. Hei! Bukankah terlibat 'ku' di sana? Iya :'). 



Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��