Refleksi: Menuju Tengah Malam

Astaga, semenit menuju 00:00 perutku gelisah. Pencernaan serasa memblender dengan kasar mulai dari pecel tadi pagi sampai lauk Bojonegoroan tadi sore. Mungkin juga dicampur kerasukan makan es pisang ijo siang-siang kehausan 2 hari yang lalu. Kriettt kriettt.. Sudah mirip suara kursi bambu, tapi mungkin perutku lebih nyaring dan tak banyak suasana mistis. Hehehe... Sebelum kutulis ini, aku sudah sambil merem jongkok di WC kamar mandi kosan Utha. Iya, setengah mengantuk. Tapi berkat nyala blender yang tiba-tiba buat perutku tidak terbingkai apik seperti malam biasanya pun setelah minyak kayu putih mendarat di papan perut yang tiada bentuk seksinya pandanganku jadi lebih tajam lagi dan pikiranku mulai berpikir mungkin ini halusinasi. Ternyata ini nyata. Selain larut malam ngelindur bawa piring ambil nasi mau makan, beol pun demikian. Tuhan terima kasih atas hidup ini. Muncul gelisah dari perut sendiri adalah pertanda aku harus lebih banyak bersyukur daripada kufur. Semoga besok dapat membuat nyata mimpi dan dijauhkan dari memimpikan kenyataan. 

#jadi apakah aku juga ngelindur nulis ini? 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��