Opini: What If...

Si kucing yang hilang penciumannya 

Kucing hitam tersebut tiba-tiba naik ke atas pagar. Ancang-ancang naiknya sangat kuat, sama seperti tekadnya untuk meraih gantungan sisa lauk untuk makan selepas sahur. Sayangnya, ia tak memperkirakan jarak dari gantungan ke tempat ia berdiri di pagar. Bisa dikatakan, itu terlalu jauh untuk dijangkaunya. Sebab-sebab yang dibuatnya sendiri membuat ia putus asa merasa di atas tidak ada gunanya. Lalu, ia mencari cara yang tak sakit untuk kembali turun. Sayangnya, pagar besi itu terlalu tajam dan licin. Kaki kecilnya bahkan tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri. Kini ia sangat paham, cara turun terbaik hanyalah terjun, sebelum pemilik gantungan keluar mengusir dengan kasar. Ia bergegas, terjun bebas, akhirnya terlepas dari ide yang terbatas. 

Cerita si kucing hitam yang kukira akan mati sebab selalu malas dan tidur di tempat yang sangat nyaman dari pandangan memberiku kegelisahan. Gelisah yang takut, bukan gelisah karena dapat berita gembira. Si kucing naik tapi tak bisa turun, mungkinkah sama halnya dengan mengawali namun tak bisa mengakhiri? Ya, pada akhirnya turun dengan paksa sih.. tapi mengakhiri dengan paksa apa mungkin? Kiranya ada, kiranya ada.... ku menggumam dalam hati. Menyaksikan sisa-sisa hari yang akan dengan paksa kuakhiri di sini. Bersamaan dengan temanku yang positif, keadaan kucing ini baginya adalah semangat yang tak pernah padam. Kalau bagiku yang negatif berpikir kapan istirahatnya? He.. he... 
Postingan ini tidak menghibur, ada baiknya jangan melukai diri sendiri :)
Tapi semoga menyembuhkan bagi penulis, bagi kalian yang akan segera mengakhiri. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��