Dark Chocolate

Bahkan di dunia makanan pun, masih dibedakan mana yang terang dan mana yang gelap. Mana yang terlihat lebih segar dan enak dipandang, mana yang cuma barang kedua, sortiran. Tapi sebenarnya, apa yang kusebutkan dijudul, bagiku bukanlah barang kedua. Meskipun posisi dalam penjualannya mungkin tak selaris jenis yang lain. Sebabnya apa? wah, mungkin retoris bagi pecinta coklat. Tapi setidaknya, biarkan bagi orang yang tidak tahu bahwasannya coklat jenis tersebut malah menjual pahitnya rasa. Bukan manis yang langsung bikin meleleh di lidah.
Kadang dari makan dark coklat yang diberi orang-orang padaku (maklum kere, nunggu ada yang ngasih hehehe), kujadi mulai paham segelap-gelapnya kehidupan dengan keterangan paling pahit yang pernah dirasa mereka menyajikan cerita yang tampak luar biasa bagi sebagian atau bahkan lebih dari sebagian orang-orang. Gelap pun memiliki tingkatan, gelap pun boleh memberikan dukungan atas segala manis yang pernah ditawarkan. Bukankah sebenarnya yang manis ada ketika pahit ditemukan di dalamnya? Di sini, manis ada di tempat kedua. Tapi jadi seolah-olah bersandar di tempat pertama. 
Atas segala stigma yang diberikan pada dark coklat aku tak lagi mengungkung diri agar aku dipilih dan bangga sering dipuji (dulunya begitu, mana ada manusia yang tak suka dipuji sih? meski raut wajah tak menunjukkan pun paling tidak dalam hati tetap dugun-dugun - deg-degan) menunjukkan sisi baik karena orang sedang melihat aku berbuat, terlebih merajuk gila pada orang lain yang kukenal numpang lewat (yakin menghentikan ini? yah, perlakukan dikit demi sedikit ini kemauan hati kecil), atau cuma mengancam lewat aur muka judes yang mereka buat tebal ke arahku, ya semenjak kukenal coklat pekat adalah awal segala rasa. Kemudian kubiarkan kepekatan yang ada lama-lama nikmat diemut sebagai teman perjalanan, juga membiarkan rasa terima kasih terus didengar oleh pemberi coklat pekat yang telah kuemut seolah memberi mereka pahala yang tiada putus-putusnya dengan memberikan dark chocolate (lalu aku siapa ikut mengatur pahala?)Sebab apa? mereka memberikan pelajaran hidup yang agaknya masih terus berlanjut meski tak pernah runtut. Begitu : pahit, dijajar di awal paragraf. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��