Rintik Hujan

Minggu. Dari pagi bahkan malam kemarin sebelum sempat tidur aku menyempatkan memikirkan akan apa yang kulakukan. Tekad: aku harus bangun pagi untuk mencuci. Untungnya, bukan sebuah harapan yang tidak pernah terjadi. Sedikit kesal dan lebih bahagia. Dengan tidak tiba-tiba memang, sepagi itu terlihat tidak ada cahaya yang masuk ke celah-celah jendela kamar yang ditiduri adik. Hingga dia nyenyak sampai kapan pun. ehe. Tak tahunya, rintik hujan menggantikan harapan akan datangnya matahari untuk mengeringkan baju yang telah kucuci. Meski akan lebih lama baju-baju itu tergantung di jemuran, setidaknya bau tanah basah bekas hujan (petrichor) telah buatku sedikit mabuk dan agak galau semestinya. Galau masalah cucian? iya, tentu. Tapi ada lagi, kiranya chat grup teman SMA yang bahas perkara penting yang sering menggoyahkan iman juga. Memang sudah teratasi seiring rintik hujan tidak kembali hadir. Namun rasa-rasanya aku butuh ruang bersama mereka, sudah lama sejak entah kapan kami saling tukar pendapat isu-isu yang menarik dan yang tiada akhir. Seperti rintik hujan yang kadang harus terhenti dan tidak menjadi hujan deras. Ruang memberhentikannya, sedangkan pikiran kita meneruskannya meski sempatnya kita tak pernah lengkap. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��