Mempertanyakan Rindu

Jika rindu berat
merangkumnya dalam kata mengapa menjadi mudah?
Mudah bukan? dibanding dengan merangkai kata menjadi sebuah esai atau proposal yang pantas
Mengapa juga rindu berat diucapkan?
Mengapa lagi bertemu rindu lebih berat dibanding hanya berucap?
Mengapa lagi lagi dan lagi beratnya rindu yang tak terbatas terhalang memori 'line'
yang harus dipersiapkan untuk dihapus kapan saja?
Mengapa meringankan rindu jadi susah-susah gampang tak mudah ditebak?
Mengapa pula memulangkan rindu pada empunya tidak menimbulkan rasa lega?
Mengapa ada rindu dibalik datangnya air yang diinginkan dan tidak?
Lalu mengapa ada rindu?
Lalu mengapa rindu?
Lalu mengapa?
Lalu...



#sampai saat ini, dan sejak itu menjadi pilihan yang (katanya) digariskan
aku berusaha menahan kata-kata terbatas pada ruang lingkupku bekerja
sebab di sini aku bisa menulis sepuasnya
berkeluh
kadang marah
emosi
meski ya
tak sekalipun
ada darah di antaranya
untuk mempertanyakan rindu yang tak dapat dijawab satu-satu
bahkan dengan mengirim salam sekalipun
semoga menjaga jarak, mempertahankan rindu tetap ada




Barangkali 'lalu' yang dibawa pergi sekarang bersama gawai yang dibawa kemana-mana oleh manusia : kamu: dia: dan seterusnya
Semenit kehilangan genggaman telepon
ada yang kadang berasa mati lemas begitu saja
Sebab rindu ditanamkannya di sana
Rindu tumbuh dan banyak berkembang lewat kata, suara, visual dan dalam bentuk lain seperti benda mati digenggam
Kepada barang mati yang dikasihi
Diberi imajinasi
Dibanting jatuh tersungkur tanpa kail
Ini: rindu yang kadang tepat sasaran dengan busur barang mati
Dipertanyakan mengapa nyasar jadi tertepati?
Jadi rindu dipermainkan, hingga lupa sampai mana tadi?



Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��