Tentang Lalu

Serupa manusia yang ajarkanku tak selalu membisu
Ada juga tatapnya yang tatapku selalu ragu tapi ingin percaya padaku
Kedekatan antara lalu yang kesatu sering menerjam tiada henti berkabar di hari baik berkabar di hari buruk berkabar pun kutak tahu, tabu
Kuatnya ia masih diselimuti kabut membiru

Sedang lalu yang kedua segera menghadiri sidang
Tak lagi antara izin, layangan, atau pengantar
Sekarang ia duduk di kursi yang nyaman
Entah kapan mau lagi rujuk untuk tertawa
Setidaknya masak sajiannya pertanda dia baik-baik saja
Kemudian jalan jinjitnya tak ia pernah lupa

Dan tak ada ruginya kusebut kau lalu ketigaku
Menjawab segala kegundahan jadi tugasmu waktu-waktu itu
Seperti telenovela kau sambut baik gayung dariku
Bahkan bauku yang tentu
Kau bicara juga tentang malam, siang, baju,
hingga memberi tulisan indah dengan namaku tertera di situ
Aku terharu
Entah kamu iya atau tidak
Yang jelas kamu layak meninggalkan banyak tanya yang ambigu
Selalu merajuk tapi tak sanggup untuk dibujuk
Saat kukira kau tidak menghadiri momen yang mungkin saja jadi abadi
Tadi
Kutepis ragam pencuci mulut yang bisa saja muncul
Demi apa?
Aku tetap membuat pertanyaan-pertanyaan itu membatu
Padahal itu dirimu
Dua tahun lalu atau masa depan dihadapku
Ternyata kamu baru sedetik berlalu 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��