Percakapan Malam dan Hujatan Bertuan

" Kok baru pulang, mbak?" 

Ups! Ketahuan juga aku jalan sendirian malam-malam di bawah temaram lampu yang memang sedang berkedip-kedip ikut mengantuk bersama menguapnya aku. 

" Ah. ya pak. Baru saja latihan."

Setelahnya bisa ditebak! ya, tapi jangan yang aneh-aneh menebaknya. Si bapak hanya menanyakan seputar asal, domisili, dan tetap: "Mengapa pulang malam?". Mau kujawab terserah aku, kurasa Si Bapak bukan levelku. Ia ada di atasku, tentu dalam suatu waktu di suatu tempat itu yang terlihat luas dan memanjang. Kusudahi percakapan itu, dengan senyum pada Si Bapak yang sampai rumah duluan daripada aku. 

Masyarakat masih saja berpikir wanita sepertiku tak pantas jalan sendiri malam-malam. Masih menganggapku, wanita ialah sebentuk manusia lemah yang tahunya hanya 3M (Masak, Macak, Manak) atau yang paling ekstrim dianggap sebagai 3D (Dirty, Difficult, Dangerous). Seenaknya saja aku dinomorduakan. Sedangkan ia maunya dinomorsatukan. 

Jujur saja, tadi merupakan latihan yang menjijikkan bagiku. Hatiku mencak-mencak kau tahu? Kau tahu kau bercakap dan seseorang tak memperhatikanmu dan mempermainkan gawainya, ya tapi bagaimana mungkin sikapmu berubah hanya gara-gara wanita? Kau tahu kami sakit hati? Atau kau tahu aku ini sakit hati? Sebenarnya kau tidaklah beda dengan Si Bapak. Maaf kutelah menuliskannya tanpa bertatap padamu menuturkan ini perlu. Aku malas membahasnya, mungkin ini hanya sebuah pemikiran yang terbawa dari apa yang kuserap selama ini sebagai ilmu yang belum banyak dikenal manusia lain selain lingkup belajar kami, bahkan aku pun masih belum bisa ada di posisi seimbang mendapatkan ilmu tersebut. But thank you. I've learned from something just happened 'bout how the rules exist as borders. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��