Pertolongan Pertama

Pulang ke Mojokerto dari tanggal 31 Januari 2016-hari ini, ada beberapa hal yang perlu dicatat sebagai sebuah catatan kecil dan unik tentang manusia.
Pertama ialah cerita ibu Elisa, tentang keponakannya yang melahirkan tanpa sepengetahuan siapapun di dalam kamarnya. waaaaa aku tak bisa membayangkan betapa rasa sakit itu memang benar-benar ada pada anak tersebut. Tuhan memang adil, untungnya ia masih selamat dan melahirkan bayi yang tampan. yang tak pernah habis dipikir oleh ibu Elisa ialah bagaimana anak tersebut bisa menyembunyikan kalau dia hamil (what?) dan melahirkan tanpa bantuan orang lain? - Kuyakin ia ialah orang yang penuh dengan penyesalan. Jikapun tanpa kata sesal, mungkin ia ialah orang dengan tipe pandai menyembunyikan. Berbeda dengan pikiran ibu Elisa kulebih memperhatikan mengapa anak tersebut tak meminta bantuan orang lain dalam persalinannya? ataukah karena beban rasa malu lebih berat dipikul untuk sekedar meminta tolong pada waktu genting seperti itu? untuk pertanyaan yang belum kutemukan jawabannya ini, semoga nanti kalau dipertemukan lagi dengan ibu Elisa yang suka cerita dapat dijelaskan.
Cerita kedua dari Mbah Yem, yang ternyata sebelum diberangkatkan ke rumah sakit jatuh berkali-kali untuk bangkit. Mbah Yem beberapa minggu yang lalu masuk rumah sakit karena gula darahnya naik. Aku terkaget-kaget mendengar berita itu, karena saat itu aku berada di Petungkriyono untuk melakukan  field trip. Tapi kusembunyikan kaget dan kekhawatiran tersebut yang bersamaan dengan kekhawatiran orang-orang pada saat itu karena bom di jakarta dan gafatar. Sepertinya sakit yang dirasakan mbahku ni bertambah-tambah saat kulihat di beberapa tempat di tubuhnya terdapat luka lebam membiru akibat jatuh. huufff sekali lagi Tuhan memang adil. Saat-saat sebelum terlambat ketika telah terjatuh berkali-kali tersebut, firasat anak mbahku ini berjalan dengan mulus. Ia pergi untuk mencari restu. Dan menemukan ibunya tergeletak lemas tak berdaya. Seketika tentu tangis pecah (yang saya tahu bagaimana detailnya). Kemudian dengan bantuan tetangga, mbahku mendapatkan pertolongan pertamanya.
Sebagaimana dengan dua cerita di atas, aku sebagai manusia biasa saja aku merasa harus tahu penempatan diriku dalam pertolongan pertama. Firasatku tak pernah berjalan dengan sempurna sehingga mungkin tak banyak hal yang kulakukan untuk melakukan pertolongan pertama. bagaimana dengan tanda-tanda seseorang harus mendapatkan pertolongan pertamanya? adakah? Seharusnya ada.
Coba tengok lagi, alur hidup apa yang kau sesali? banyak? mungkin iya (sepertiku). Dengan merasa menyesal, maka setidaknya dulu kudapatkan pertolongan pertamaku atau kalau tidak, aku mendapatkan pertolongan pertama setelah aku menyesal. Bagaimana bisa? Ya, pertolongan pertama datang tak hanya dari uluran tangan langsung. Nasihat yang manis bahkan buruk merupakan pertolongan pertama sebelum melakukan sesuatu. Dari cerita pertama, orang tersebut merupakan orang yang sangat mempercayakan dirinya sendiri sehingga ia bahkan tak mengenal tentang pertolongan pertama yang lebih pada peringatan kepadanya. Cerita kedua lebih jelas dimana letak pertolongan pertamanya, dan bagaimana pertolongan pertama tersebut langsung berguna bagi seseorang.        

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��