Catatan dari Teman: Seperti Penghabisan Kuota
Kalau sudah cerita, rasanya gak ada yang bisa ngehentiin mulutku. Kecuali mataku dan janji yang sudah telanjur dibuat. Dalam keadaan bulat tanpa telanjang, aku dengan mimik wajah seenaknya mendengar dengan kencang percakapan yang empat jadi enam arah kali tiga. Hehehe.... Lama tidak bersua!
Bagiku, kuota habis karena cara ini adalah cara terbaik tanpa mengecewakan. Sebab harapan tak musti digantung sebab bisa diraih, senyum, sedih, susah terjamin jadi dalam bingkai yang tentu harus berjarak meski dalam jangkaunya hanya dari Jogja.
Kuyakin mereka berdua baik-baik saja, dan bisa melewati rintangan yang sempat mereka hadang. Akupun berlaku demikian berlaku kepadaku. Sambil koreksi diri diingatkan, sambil refleksi dari obrolan santai yang tengah terjadi sampai bahkan bukan saja kuota menipis, sebab baterai gawai pun ikut kembang-kempis.
Anehnya, walau tanpa kopi karena aku minum susu buat santapan buka puasa, aku betah melek sampai mereka juga kehilangan daya atas ponselnya, dan satunya masak sahur demi kesejahteraan umat yang bukan umatnya. Intinya aku senang, walau tak sering aku tak keberatan. Oh iya, walau juga bukan karena menggantikan sebentar waktu tukar jam paruh waktu antara aku atau kalian.
Selamat hari minggu, menjalankan ibadah minggu, puasa, dan tetap meminta kepada Sang Hyang Widhi buat rezeki lancar, keselamatan, dan kesemarataan dalam perbedaan. Jauh-jauhlah sakit, dekat-dekatlah sembuh, perbaiki yang perlu, yang terlanjur rusak dan tak dapat dibantu pun mungkin juga sesekali butuh bantuanmu. Jadi sesekali tengoklah ia ketika tawarannya senyum, meski berakhir cuma kamu yang menyimpulkan kedua sudut bibir dengan simetris.
Selamat hari buruh, selamat ulang tahun Mama! Selamat hari pendidikan buat hari ini. :")
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu