Berkasih: Orang-Orang Baik
Aku dengar dengan seksama roda-roda besi yang sedang kutumpangi saling bergesekan di antara rel tujuannya. Aku membereskan kebiasaan sebulan lalu yang mulai tumbuh dan akan menggantinya segera dengan hal baru. Aku tentu saja menangis saat ini, meski bukan berarti harus terkikis habis masa-masa manis yang telah terangkai berantakan itu, aku masih bisa membahagiakan diri di atas derita yang saat ini yang telah jadi waktu itu dengan lalu.
Posisi ini sangat nyaman, aku tak harus berbalik atau membalikkan diri buat lagi diri ini berdiri. Aku cukup menghela nafas lega. Kini aku bisa lagi memulai segalanya.
Tak lepas dari huru-hara itu, aku lanjut buat tetap mendoakan yang terbaik bagi orang-orang baik. Orang yang bisa menemaniku yang random ini selama sebulan, punya cikal keinginan yang sama tapi pupus dengan dangkalnya. Aku dan kalian tak menyia-nyiakan kesempatan sebab aku yakin akan ada kesempatan yang lebih baik menanti kita. Aku bicara mengenai derita ini seperti tiada habisnya, tapi sejujurnya aku juga sudah muak bercerita.
Terrangkai semoga buat orang-orang baik yang mau menghargai waktuku sampai bulan setengah kembali berwujud bulan setengah dalam hitunganku. Tanggal 26 ada fenomena bulan, semoga kita dapat melihatnya dan saling mendoakan hal baik. Agar tidak dikira aneh, jangan berdoa pada bulannya. Tapi berdoalah pada yang kamu percaya. Di saat itu aku akan mengisi waktu dengan doa "segera bocorkan rahasia jalan kebenaran untuk kami, Tuhan" demikian.
Heuheu... Pada jalan masing-masing yang dipilih orang-orang baik, kuucap juga selamat tinggal ya. Meski tak sempat menyapa atau bergantian gilir, tapi setidaknya kita pernah menikmati asam-pahitnya di balik layar itu. Terima kasih, banyak-banyak!
(Wijaya Kusuma 18.20-22.10, Pre 2:10D)
See you again, Yogyakarta dengan orang-orang random lain yang dapat aku percaya :')
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu