Mati Bersama, Mati Berseberangan

Ternyata menular! Tidak ada satu pun detik dalam waktu yang menebak-nebak

Pilihan yang dipilih tak berisiko pulih malah lebih letih 

Menggelontor tubuh yang sudah lemah jadi tambah pipih 

Tadinya cuma bisa diam

Lama-lama diam pun sebuah anugerah 


Bukan lagi takut, karena telah dihadapi

Kami bersama akan mati 

Dalam cara yang tak diketahui pasti 

Meski semesta tahu tak akan diberi setitik basa-basi 


Kami akan sama-sama mati 

Hanya menembus masker yang ternyata tak hanya menyelimuti 


Kau di kanan, aku di kiri 

Kini kami mati bersama, berseberangan 

Tak genggam apapun 

Tak salahkan siapapun bahkan takdir yang telah ditulis dan sempat kami lihat sebelum lahir 

Kami tinggalkan riwayat : jadi cermin 

Biar yang lain saling bisa mengamati dan ambil amanat positif dari kami bersama dengan berseberangan tapi mati




(pandemi, swalayan, dan yang satu per satu mati berseberangan - 25 menit ke kota dalam jangkauanku) 


Dari sudut penjual stroberi langganan. 

Sepertinya tahun kemarin aku sedang stres karena awal pandemi, sekarang aku tetep stres sih. Tapi tidak separah dulu yang belum nerima dan adaptasi. 

Oh iya, kayaknya tahun kemarin aku pernah tanya tentang Paskah. Entah di bagian mana aku sempat menuliskan (aku beneran lupa sudah pernah nulis atau belum) yang intinya Paskah itu bukan di hari Jumat (02/04). Paskahnya di hari Minggu (04/04). "Lalu Sabtunya ngapain?", tanyaku yang terlanjur memberi ucapan selamat paskah tapi dengan nada telat karena tahunya paskah hadir di hari jumat ke Nike. Jawabnya,"Sabtu sunyi, merenung saja". Tapi pun tidak literally merenung kayak biksu yang di pikiranku. Wkwkwkwk... Makasih sudah memberi pencerahan, sehingga aku tahu Paskah itu rentetan. 


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��