Refleksi: Duh, Kupingku
Kuping ini sakit, sebab terlalu asyik digali. Kuping ini keasyikan, sampai-sampai lupa dia juga bisa sakit karena berlebih-lebihan.
Kusedang merasa tak bisa menahan -- tidak bisa mendengar dengan baik. Tolong, Tuhaannnnn... biarkan aku bisa mendengar denganbaik lagi, lalu kuberjanji untuk tidak keasyikan sehingga sakit berlebih-lebihan.
Bahkan setelah kurasa dalam kupingku bengkak, aku demam, susah mangap, geraham bawah kayak ditarik enatah siapa, tambah pusing kepala sebelah. Duh kan, sakitnya jadi kemana-mana. Secara tradisional, kucoba menghangatkannya dengan handuk yang dicelup air panas. Semoga bermanfaat. Kupingku, kumohon sembuhlah dalam waktu dekat. Aku membutuhkan kehadiranmu. Sebab kedengaran yang sekarang adalah suara bass yang biasanya tak terdengar di telinga orang normal. Seperti suara-suara dalam pikiran manusia, suara air mengucur dari atas membasahi kepala, hingga suara ku menelan ludah. Suara-suara yang agaknya kurang penting malah muncul seiring tidak inginnya kudengar.
Jadi kupingku, sembuhlah :)
sorry, Tuhan aku mengeluh. Mungkin ini peringatanMu: Ya, mungkin aku harus jarang - jarang pakai earphone , jarang - jarang karaokean. Apalagi 4 jam berturut-turut kayak kemarin, padahal tahu kondisi kuping tidak sehat-sehat amat. Lalu, peringatan yang sangat memberikanku tanda adalah dengarlah hal-hal baik, sekali-kali dengerin hal buruk boleh. Tapi jangan sering. Ah, begitu naturalistik.
sorry, Tuhan aku mengeluh. Mungkin ini peringatanMu: Ya, mungkin aku harus jarang - jarang pakai earphone , jarang - jarang karaokean. Apalagi 4 jam berturut-turut kayak kemarin, padahal tahu kondisi kuping tidak sehat-sehat amat. Lalu, peringatan yang sangat memberikanku tanda adalah dengarlah hal-hal baik, sekali-kali dengerin hal buruk boleh. Tapi jangan sering. Ah, begitu naturalistik.
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu