Dua Minggu

Agak menjadi penghalang kehilangan momen bertatap muka lama dengan notebook putih yang belum sempat dipindah datanya. Dua minggu kutunggu kedatangan yang lain, yang sekarang kupakai untuk menjalani sisa semester ini. Semoga saja kau baik-baik saja, nak. Untuk si putih yang sekarat, aku akan bekerja keras memulihkanmu, sama halnya kupulihkan kaca mataku yang gagangnya patah satu. 
Kemudian ketika segalanya patah, kuakan mengingat hal-hal yang indah seperti yang dikatakan seseorang pada suatu malam kehormatan " When the hard days comes, remember the beautiful of us". Us? siapa? Kita saja, aku yang menulis dan kalian yang sempat membaca. Aku dan kalian yang kupercaya pernah mengalami nasib yang naik-turun dan kadang datar saja. Meski aku juga harus bilang seperti ini. Bilang jika : kalian tidak merasa pernah hidup dengan bahagia, paling tidak ingatlah kalian pernah tersenyum karena orang lain meski tidak kalian kenal dan ada jauh di luar sana. 

Selama dua minggu, ada simpati di sana. 


Kusuguhkan foto-foto random hasil dua minggu menanti kejelasan haha :D

Lama tidak jumpa dengan manggis, apalagi dengan lima tanda yang katanya berarti keberuntungan. Hmmm... kata mbakku sebelum pulang sih bukan keberuntungan, cuma isinya lebih banyak. Mbakku salah wee.. isinya emang gede. Isi = biji, bukan buah daging :( tapi tak apalah yang penting makan manggis. Tq tot.

Donat o donat yang dijual oleh si Ibu yang hampir tiap hari lewat depan kosan. Sumpah, jangan ditanya cerita hidupnya, takut belum-belum tidak tahan mendengar sengsaranya. 
Donatnya enak, kok. Ibunya juga menjamin tidak bantet sampai esok paginya. Esok pagi bukan yang seminggu kemudian ya~~
Setelah dua kali setor pamer di IG, aku baru sadar kaktusku mirip di sebuah MV. BTS - Blood Sweat and Tears. Ya ga? *maksa

Pengalaman adalah guru terbaik. Mbak Tita mengajarkanku buat tidak sembrono memilih jadwal, memastikan jadwal, dan tidak ceroboh serta mengulangi kesalahan yang sama. 
Dia juga mengajarkanku membeli tiket bus untuk pergi ke suatu tempat. Hufft, padahal dia pun anti naik bus. Mau gimana lagi? dua tiket kereta hangus itu sesuatu. Sehingga cara terbaik yang dapat ditempuh kemudian adalah naik bus dengan segala konsekuensi yang berlaku. 
(Sampai Mbak Tita cerita orang-orang yang endorse bus, dan dipanggil pukul 14.00 untuk menaiki bus) bye, mbak :) ja matta

Kata Dep kemarin, malam ini ada Super Moon. Ya, tandanya bisa dilihat. Langit tidak menawarkan mendung. Hari ini cerah. Itu hanya dilihat dari kaca kamar kos yang gelap. Jika mau keluar dari sana terlihat jingga ikut menyambut bulan tersebut bersemangat. 
Dua gantungan boneka jerapah kecilku akhirnya kupindah ke kamar 17. Meski tidak ada hubungannya dengan antisipasi banjir di kamar tersebut.
Menutup ini, kuucapkan selamat untuk FIB juara 3 Porsenigama.--> sumpah, acak abis pikirannya. lompat-lompat gak karuan. Wkwkwk. 
Selamat UAS :)  


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��