Tercekat
Seseorang bertanya keadaan saat ini. Ingin rasanya tidak berbohong atau berpura-pura mempunyai rupa yang tak masam. Sama halnya dengan beberapa rekan terakhir yang menanyakan 'masih sesulit itukah bal bla bla bla ...??' Ingin kuteriak dengan lantang. Sambil mengebaskan jari-jariku yang nampaknya akan kram jika dibiarkan.
Aku izin, mengatakan 'tidak' atau barangkali 'jangan' melihat jauh di depan jika saja orang yang kau ajak bicara sekarang benar-benar dalam keadaan berantakan. Begitu 'nasib' tertutup oleh dinding karena melihatnya sangat dekat di pelupuk mata. Jika benar itu nasib, bukankah ada satu di antara dua hal diantaranya yang dapat diubah dengan usaha? Pikirku matang-matang dan dalam hati, yang semakin hari semakin menjerit terjepit loker yang belum lama dipenuhi barang yang belum berarti.
Sehingga, jika ada pertanyaan selanjutnya berupa 'apakah kau akan baik-baik saja?' Ku 'kan menjawab sempurna~ sekaligus menggagas sayonara sebagai puncak kekecewaan.
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu