Di KKN Ada Cerita: Keraguan Mempertemukan Kami (2)

Seminggu awal kami, digunakan untuk identifikasi permasalahan yang ada di Dusun Jrakah. Mulai dari urusan dengan anak-anak usia sekolah, ibu rumah tangga, pertanian, perkebunan, plang jalan, sampah, posyandu, ternak, dan lain-lain yang kami anggap masalah masuk menjadi perbincangan untuk rapat sub unit dan pembuatan LRK (Laporan Rencana Kegiatan) pada entah hari ke berapa aku lupa 😄 setelahnya kami mengisi borang yang berisi rencana kegiatan dan presensi yang ditempel di dinding ruang tamu Pak Mandhon. 

Hari-hari di bulan Ramadhan yang kami lewati terasa kurang berguna sebab program yang harusnya setelah seminggu pembuatan LRK dapat dijalankan nyatanya terhenti. Penyebabnya karena warga juga banyak menghentikan kegiatannya di bulan puasa tersebut. Contohnya saja, Jumat bersih yang dilakukan oleh ibu-ibu untuk membersihkan lingkungan sekitar. Selain itu juga ada yasinan baik bapak-bapak dan ibu-ibu di tiap RT (ada 3 RT di Jrakah) yang juga terhenti karena puasa. Hingga pada suatu ketika anak-anak berkumpul di depan rumah. Aku yang memiliki kegiatan yang berkaitan dengan anak-anak serta beberapa teman soshum (sosio humaniora) lain kemudian berusaha mengakrabkan diri dengan mereka agar program yang nantinya kami tawarkan dapat mereka terima sebagai suatu hal yang menyenangkan. Beberapa program seperti menggambar dan mewarnai memang terlaksana di bulan ramadhan itu. Yang menyenangkan dan tidak bisa dipungkiri ini menambah banyak jam kerja efektif kami yang harus memenuhi 288 jam dalam 56 hari. 

Hari kemenangan yang ditunggu-tunggu umat muslim sejagad tiba. Agak sedih jauh dari orang tua, bertemu keluarga baru seperti waktu itu sekali lagi membuatku ragu apa ada aku di setiap orang yang telah mengenalku terpaku? Pemikiran yang pilu sama seperti kematian waktu itu. 

Kami bersepuluh bersama keluarga Pak Mandhn mengikuti budaya "ujung" yang ada. Ujung yang dimaksud bukan pojokan melainkan kegiatan yang dilakukan pada hari raya idul fitri untuk saling memafkan dari satu rumah ke rumah yang lain dari RT 1 hingga RT 3. Hmm, memang kalau jalan kaki agak capek dengan medan yang naik turun dan agak jauh. Orang-orang yang dikunjungi tiap RT biasanya orang tua saja. Rumah yang tidak ada orang tuanya biasanya dibiarkan membuka begitu saja. Hampir di setiap rumah yang kutemui saat ujung, di sana terdapat tumpukan bungkusan daun pisang yang digantungkan. Kata Ibu Ani, fungsinya untuk ziarah ke makam saudara. Jadi bisa diketahui pula isi dari daun tersebut adalah bunga. Hampir di setiap pemberhentian di tiap rumah, kami mencicipi aneka macam sajian yang sengaja dipajang oleh tuan rumah. Upan adalah orang yang sangat menikmati untuk mengambil makanan dan minuman di tiap rumah. Sedangkan yang lain, kemudian memahaminya sebagai candaan di sela-sela kunjungan. 


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��