Berlangsung Singkat
Terancam tidak pulang saat lebaran 1438 H, pikirku adalah hal yang tidak adil. Mengapa demikian? Sebab apa-apa yang telah kurasakan sekarang ini bukan hanya usahaku. Banyak orang yang kutinggalkan dan harus ditinggalkan untuk merasakan yang kadang niat kudamba, kadang keinginan mereka. Bagaimana bisa? Hihi sebenarnya telah kupersiapkan ini, tapi siapa sangka pada tarawih pertama yang kulakukan di langgar dekat rumah kurasakan perbedaannya. Sebenarnya aku merasa bersyukur awal Ramadhan masih bisa dipertemukan dengan beberapa anggota keluarga yang it means ya gak lengkap. Karena apa? karena masih ada teman-teman lain yang tidak bernasib sama sepertiku di saat-saat seperti ini.
Tadi, sebelum matahari beranjak naik di atas ubun-ubun ada yang bilang " Posoan iki koyoke bakal cepet (Bulan puasa ini sepertinya akan berlangsung singkat)". Mataku membelalak, menolak pernyataan yang buatku agak menyakitkan. Jika banyak orang menuliskan status (entah sesuai dengan hat atau tulisan saja) selalu merindukan momen ramadhan agaknya (jujur) beda padaku. Dan aku tidak membohongi diri sendiri bahwasannya aku belum siap menghadapi cibiran setelah bulan tersebut berlalu.
Aku belum pergi. Sudah ada yang bilang aku durhaka (ya meski dengan bercanda, tapi kurasa kata-kata itu mudah dimaafkan tapi tidak untuk dilupa). Semacam itu yang buat luka tidak segera sembuh meski diobati saat saling memaafkan dan mengasihi pada bulan selanjutnya. Kuingin berucap selamat menyambut bulan ramadhan, sampai jumpa jika kusempat berjumpa pada hari raya Idul Fitri. Sungguh, aku menginginkan pulang. Tapi tak tahu - tergantung bagaimana aku mematahkan hal tabu yang kujalani pada tempatku sementara berlabuh.
Hm.. apa kabar?
Keinginan mengucap itu sebenarnya besar.
Berlangsung singkat.
Namun mengapa lidah ini kelu, tatapanku pilu, dan pikirku jadi tak perlu
Padahal sebenarnya aku mampu
Bahkan lebih dari mampu
(Kemudian aku menertawai diriku pada cermin yang tak pernah melihatku cemburu)
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu