Dunia Harus Tahu: Aneh
Beberapa hari ini email atas nama Felix Hant muncul dalam notifikasi kotak masuk di emailku. yang aku gak paham dia mengirim cerpennya ke aku dan temen-temen antropologi budaya UGM yang lain. ah entahlah. Kalau menurutku itu memang cerpen yang sedikit ke arah curhat. Isinya ....
Aku
sedang didalam bis nyaris tertidur karena bosan. Aku tak pernah mengerti kenapa
menaiki bis bisa sangat menyenangkan bagi seseorang. Menunggu untuk sampai ke
tujuan adalah hal yang membosankan untuk dilakukan. Seandainya ada alat untuk
teleport sehingga semua menjadi lebih mudah. Yeah tidak dipungkiri juga jika
semua sesuatu menjadi lebih mudah semua orang hanya akan menjadi pemalas,
tunggu sebentar sebelum semua itu terjadi semua orang telah menjadi malas
bukan? Sudah lupakan yang aku katakan. Menunggu hanya menghabiskan waktu.
Menyebalkan. Aku memandang sekeliling mencoba mencari hal yang menarik yang
bisa aku temukan. Bis yang kutumpangi lumayan ramai untuk waktu malam seperti
ini. tiba-tiba pandanganku terpaku akan seorang perempuan yang berdiri didekat
pintu turun bis ini. yeah seorang siswi pada umumnya. Memakai seragam
mengenakan tas rambut diikat. Apa yang menarik? Aku memutuskan untuk
mengalihkan pandanganku sebelum aku dikatakan seseorang yang akan melukai diri
nya ataupun penguntit yang akan mencelakai dirinya. Tetapi semua yang
dipikiranku terjadi hanya saja. Tiba-tiba sekelompok laki-laki datang
mengerumuni dia dan salah satu diantara mereka merangkulnya. Aku mencoba tak
peduli terhadap hal itu karena aku yakin jika aku melakukan hal yang sok
pahlawan hanya aku yang akan terkena batunya. Aku hanya memerhatikan dari jauh.
Apa yang akan terjadi. Yeah seseorang itu merangkulnya dan yang lain mencoba
memfotonya. Tetapi hal yang tak diharapkan terjadi. Tetapi sekali lagi tidak
ada hubungannya denganku. Perempuan itu
menepis rangkulan seseorang itu dan menendangnya tepat di suatu tempat
terlarang yang tidak boleh terluka yeah if you what i mean. Dan terjengkang
tepat di sampingku lalu mengaduh kesakitan. Lalu perempuan itu menarik rambut
salah satu laki-laki yang ada dengan keras dan mengambil telepon genggam nya
dan melemparnya ke arah pintu bis yang tepat pada saat itu terbuka lebar.
Sekelompok laki-laki itu hanya bisa terperangah dan diam membisu. Menurutku
mereka malu karena bisa dikalahkan seorang perempuan yang mereka coba jahili.
Aku tersenyum sinis. Dan orang yang terjengkang kebelakang masih mengaduh
kesakitan. Aku mengerti penderitaan yang dia rasakan.
Perempuan
itu lalu turun dengan tampang tak peduli seakan tidak terjadi apa-apa. Aku
memerhatikan dia turun dan terus memperhatikan dia sehingga dia menghilang dari
pandanganku. Yeah lumayan untuk menghibur perjalanan. Lagipula aku tidak akan
mungkin bertemu dengan perempuan itu lagi. Aku memutuskan melupakan kejadian
tersebut memasang headset dan tenggelam di playlist lagu-lagu dari ipod ku. Bis
kembali berjalan. Aku tidak tahu apa yang harus kau lakukan didalam bis aku
hanya bisa mendengarkan lagu. Aku mengambil buku catatan kecil dari kantung dan
sedikit menulis lirik lagu rap.
Rap
adalah salah satu genre lagu yang ku sukai karena itu adalah lagu yang bebas
dari not. Yeah kuakui aku tak suka
terikat akan sesuatu karena hanya kebebasan yang kusukai tetapi
sebebas-bebasnya aku tak pernah lepas dari peraturan oke itu membosankan ingin
bebas namun terikat. sudahlah buat apa dibahas?
Aku duduk duduk diam mendengarkan
lagu. Dan akhirnya sampai juga ditujuanku lalu aku turun dari bis. Dan berjalan
dalam diam menyusuri keheningan malam. Berharap pagi akan segera datang. Lalu
masuk kedalam rumah dan tertidur dalam damai. Kuharap hahaha. Aku tertawa
menjalani hidup. Tertawa dalam kesedihan, kebahagiaan, atau apalah. Tak
perduli. Toh orang-orang akan menggap aku bahagia karena selalu tertawa dan
berikan senyuman.
||
Yeah disuatu pagi yang cerah dimana
aku harus terjebak didalam ruangan kelas yang penuh dengan orang ingin menuntut
ilmu dan lebih menyebalkan lagi adalah guru yang mengajar matematika dan segala
cara yang ada. selama dikelas aku berfikir aku dapat bertahan hidup 10 atau
lebih banyak tahun lagi tanpa harus mengetahui apakah fungsi rumus itu. toh
dalam kehidupan nggak bakal berguna kecuali memang yang bekerja dibidang itu
dan yang pasti adalah aku bukan salah satunya. Karena aku yakin aku akan
dibidang jauh dari hitung-hitungan matematika ku harap.
Aku mencoret-coret buku khusus
milikku yang memang isinya hanyalah tulisan-tulisan yang tidak ada berhubungan
dengan pelajaran.
“apakah kita belajar matematika
hanya untuk menjumlah orang mati? Mengkalikan seberapa cepat sebuah peluru
menembus dada presiden? Membagi hasil jarahan kepada bos bos berdasi?
Mengurangi dengan paksa data-data statistik pajak?”
Aku berharap aku bisa menulis
dengan bahasa inggris. Tetapi sudah kukatan aku tak suka terikat. lupakan. Aku
menulis tanpa memerhatikan sekalipun perlajaran yang ada. aku memasang headset
dan jatuh tertidur.
Tanpa sadar aku tertidur terlalu
lama sehingga sudah berganti pelajaran. Entahlah aku tak peduli. Jam berjalan
begitu lambat ketika suatu hal yang tak mengasikkan sedang ada dikehidupan kita
tetapi berjalan begitu cepat ketika kita menikmati. Hahaha aku tertawa kembali
dengan hal-hal yang ku bayangan.
Dan jam akhirnya berputar
menunjukkan angka yang diharuskan bel berbunyi dan waktu untuk pulang. Yeah aku
kembali melakoni rutininas kemarin kemarin
kemarin kemarin dan kemarin dan kemarin. Entahlah begitu banyak kata kemarin.
Karena setiap hari hal yang kulakukan selalu sama. Aku berjalan menuju bus
stop. Dan masuk kedalam lalu pulang.
Sepanjang jalan menuju kerumahku
tak ada hal unik yang bisa dilihat seperti kemarin. Hahaha sudah kuduga hal
menarik hanya terjadi satu kali seumur hidup. Tak akan terulang kembali. Aku
tertidur sepanjang perjalanan dan sampai dirumah dengan aman, selamat, lancar
sentosa. Apakah ini hidup yang selalu bergantung kepada siklus yang berputar
secara teratur membunuh dalam putaran roda membosankan.
Aku segera turun dari bus dan
masuk kerumah lalu kekamar menghidupkan musik kencang-kencang sebelum aku
mendengar hal-hal yang tak ingin ku dengar. Namun itu tak bertahan lama.
Nyatanya suara speaker di tambah perangkat lainnya tak dapat membendung suara
menyebalkan dari lantai bawah. Sudahlah tak perlu kubahas hal itu nanti juga
akan terungkap dengan sendirinya. Aku mulai tak tahan dengan mereka.
Aku menurunkan jam dinding dari
tembok kamarku dan membuka rangkanya. Sangking seringnya dilepas begitu mudah
menarik rangkanya. Aku mengambil jarum suntik terakhir persediaanku. Lalu
mengembalikkan jam dinding ke tempatnya kembali. Tenang kawan aku selalu
memakai jarum steril untuk hal ini. hahahaha. Aku menaruh jarum suntik itu
diatas meja belajar dan mencari alkohol. Tak lama setelah itu aku duduk
bersenderkan kasur kamarku dan menarik putaran jam tanganku lalu terbuka
penutup jamnya dan mengambi botol kecil persediaan terakhirku. Mungkin besok
aku akan membeli lagi beberapa persediaan jarum dan obat. Hahahhaha. Aku tahu
salah memakai obat seperti ini tetapi mau bagaimana lagi? Sudahlah aku tak
peduli.
Aku mengeluarkan jarum suntik
dari plastik pembungkus dan menusukkannya ke botol cairan obat. Lalu menusukkan
kan ketanganku yang telah dibersihkan dengan alkohol. Aku meringis kecil.
Setelah itu aku membuangnya ketempat sampah. Dan menjatuhkan diri keatas tempat
tidur. Tampaknya reaksinya mulai bekerja. Aku tertidur dan selalu berharap
mimpi indah. Hahahah kuharap. Tujuan kehidupan adalah kematian. Dan aku selalu
berharap mati setiap saat.
Judul yang pertama ini adalah Hilang 1. Untuk yang berminat jadi detektif monggo cari tahu maksud hati orang ini.
Yo what’s up? This love make me
dying bla bla bla. Aku berkumandang tidak jelas didalam bis yang berisi
rata-rata pekerja yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup tetapi tetap
saja tidak dapat melunasi hutang. Hahaha miris adalah kalian kerja buat mencari
makan tetapi kalian sakit karena terlalu sibuk kerja sehingga lupa untuk makan.
That’s stupid. Hahahahaha terlalu bodoh untuk ditertawakan. Betapa mirisnya
hidup yang lupa akan tujuan awal mereka untuk bekerja.
Bis penuh sesak membuatku tak
bisa duduk tetapi santai aku masih kuat untuk berdiri. Bayangkan ketika bangun
dari tidur kepalaku terasa sangat berat. Setiap hal pasti ada efek sampingnya
begitu juga dengan obat. Jujur sebenarnya aku selalu meminum obat agar aku bisa
bernafas disetiap kehidupan dimulai. Tetapi begitulah kehidupan kan? Setiap
pagi kita -membutuhkan obat manusia masing-masing agar tetap hidup dan membuka
mata dikemudian hari sebut saja itu adalah tujuan. Tanpa tujuan orang tak akan
mau hidup. Trust me its work.
Oke akhirnya sampai juga
disekolah. Entah mengapa aku selalu datang lebih pagi diantara semua murid
bahkan terkadang para pekerja sekolah pun belum datang sehingga gerbang masih
dikunci dan aku loncat pagar agar dapat memasukinya dan duduk didepan kelas
sambil mengerjakan tugas yang seharusnya aku kerjakan dirumah. Entah mengapa
setiap guru dan sekolah selalu membenani siswa dengan memberikan tugas tambahan
atau apapun yang menyatakan tugas dibawa kerumah. Yeah disisi lain keterbatasan
waktu disekolah juga membebani guru untuk mendapatkan nilai.
Akhirnya setelah menunggu agak
lama petugas sekolah datang dan membukakan pintu lalu menyalakan ac kelas.
Namanya juga daerah kota tiada hari tanpa pencemaran. Wahahahahha aku masuk dan
menidurkan kepalaku dimeja dan tertidur
menunggu bel masuk dan semua orang penghuni kelas masuk. Satu-persatu penghuni
kelas masuk dan memenuhi setiap kursi yang ada. aku menyadari kehadiran mereka
satu persatu. Namun acuh adalah hal terbaik. Ekekekkekekkeke
Kelaspun terpenuhi dan waktu juga
menunjukkan saatnya masuk. Waktunya kembali keperadaban yang membosankan. Guru
masuk mengucapkan salam dan menuju mejanya dengan membawa buku tebal. Katanya
sih guru ini terkenal killer but i don’t care untuk apa takut toh sama-sama
manusia dan makan nasi. Wkwkwk.
Guru itu masuk dan seseorang
mengekori dari belakang dengan seragam berantakkan dan tampang tak peduli akan
yang terjadi. Aku terkejut melihatnya. Dia adalah perempuan yang berhasil
membuat sekelompok anak berandal tunduk sewaktu dibis bahkan salah seorang diantaranya
terjatuh dan mengerang tepat disampingku. Dia menuliskan namanya dipapan tulis
lalu melempar spidolnya dengan sembarangan.
“Valeria Celin Agatha”
Nama itu yang tertulis dipapan
tulis. Lalu dia dengan seenaknya melempar tasnya kearah bangku kosong
disampingku lalu duduk disitu. Aku memandangnya sekilas dan dia hanya balas
menatapku dengan galak. Aku memalingkan muka lalu dia menidurkan kepalanya di
meja kelas.
Dan tebak inilah pertama kalinya
aku memperhatikan guru yang mengajar. Karena sangat tidak mungkin jika aku
harus meletakkan kepalaku juga. Begitu membosankan ketika kita harus melakukan
sesuatu yang kita tak suka. Dan sudah kubilang waktu terasa lamaaaaa sekali dan
membuatku ingin muntah. Aku berdiri dan keluar kelas setelah mendapat persetujuan
untuk ketoilet. Toilet adalah pelarian yang bagus jika bosan dikelas. Tetapi
jangan terlalu sering digunakan guru akan curiga.
Bicara soal toilet pernah ada
cerita ketika saat itu sedang ujian dan seorang murid keluar untuk toilet
melihat contekkan dari teman nya yang menurutnya cukup pintar dipercaya. Lalu
siswa tersebut bukannya menghapal namun menyembunyikannya disalah satu tempat
dibaju. Dan bodohnya ketika ketauan oleh guru yang bersangkutan dia membocorkan
segalanya. Begitulah manusia ketika terjepit dia tidak mau tahu harus ada orang
lain yang kena bukan hanya dia. Tetapi ada sisi positifnya dia jujur. Whahahha
kejujuran yang dia buat bukanlah karena dia takut salah dia hanya takut jika
hanya dia yang terkena hukuman.
Dan akhirnya dibuatlah sebuah
peraturan baru dari sekolah selama ujian berlangsung harus duduk tenang tidak
mencontek ataupun kerja sama dengan orang lain. Disinilah sebuah sekolah
merebut hak kita untuk kekamar mandi untuk membuang hal yang seharusnya
dibuang. Kalau memang tak percaya akan semua hal yang seharusnya dilakukan
kenapa tidak menyediakan guru pengawas disana?. Mau berapa kali kita protes
sekolah memegang teguh akan hal itu. sebenarnya banyak anak yang jujur yang
menjadi korban akan semua itu. namun buat apa jujur jika hanya yang dinilai
adalah nilai diatas sebuah kertas bukan sebuah apresiasi yang ada? sudahlah hal
itu akan membuatmu bosan membaca ini. wahahahahahha
Aku ditoilet tak begitu lama
karena tak ada hal menarik yang bisa dilakukan. Aku memutuskan menuju mesin penjual
minuman yang terletak diujung koridor memasukkan selembar uang 5000an dan
keluarlah minuman tadaaa. Lalu kembali kekelas dan duduk mencoba tak peduli
akan guru yang berkicau didepan kelas. Headset dengan tersembunyi ku pakai di
bawah topi rajutan yang biasa ku pakai. Aku harap waktu cepat berakhir.
||
Sekolah telah usai dan aku
memutuskan berjalan kaki untuk pulang kerumah agar mendapat waktu diluar rumah
lebih lama. Tapi itu tak bertahan lama karena aku merasakan nyeri di bagian
dada. Mengapa aku begitu lemah? Entahlah aku takpeduli mencoba tak peduli
maksudnya wahahahahaha
Aku menghampiri taxi-taxi yang
berjejer dipinggir jalan beserta supir-supir
yang sedang buang air kecil secara bersamaan. Entah itu sebuah perlombaan atau
melupakan sebuah etika yang ada. aku menghampiri salah satu dari taxi itu
dan sedikit berbincang apalah dia mau
mengantarkan aku ke sebuah bangunan yang ku sebut “rumah”. Salah seorang dari
mereka menyanggupinya dan aku langsung masuk kedalam taxi dan duduk. Supir taxi
masuk dan mulai menyalakkan kendaraan dan secara perlahan mobil
mulai bergerak menyusuri jalan. Supir taxi itu menghidupkan radio dan dj dari
radio itu bercuap-cuap akan sesuatu yang entahlah maksudnya apa. Aku terlalu
lelah walau hanya untuk berfikir. Jika kinerja jantung bukanlah suatu otomatis
mungkin aku telah menghentikkan jantung ini dan rehat sejenak dari semua
kekonyolan kehidupan. Suara-suara yang keluar dari dalam radio seakan-akan
mengejek aku dengan kalimat-kalimat puitis yang merupakaan khayalan belaka
tanpa ada realita yang sesungguhnya. Aku mencoba berfikir dan mengevaluasi yang
aku lakukan. Tak ada hanya kosong. Sebuah rutinitas yang aku lakukan setiap
harinya.
“Maaf sebelumnya menganggu
lamunan anda. Namun kita sudah sampai ditempat tujuan tuan.” Supir taksi itu
memberitahu ku. Aku mengambil dompet dan mengambil uang lalu meninggalkannya
dibangku belakang. Lalu aku keluar.
Aku berjalan perlahan menuju
“rumah”. Dan mendapat sambutan hangat ketika didalam rumah.
“BANGSAT KAMU BERANI MELAWAN AKU
SEBAGAI KEPALA KELUARGA! ANJING KAMU”
Yeah kalimat umpatan yang selalu
ada dalam hari-hari ku. Dengan malas aku memandang orang yang mengucapkan kalimat itu seorang pria. Aku melirik lagi
jam tangan ku pukul 2.47.
“KENAPA LEMAH KAMU? TAKUT? AKU
BERANI NGELAWAN KAMU! DASAR BAJINGAN!”
Satu kalimat nista keluar dari mulut orang
yang berbeda kali ini perempuan yang megucapkannya.
BRAKK sebuah guci melayang ke
arah tembok putih. Mungkin jika tembok bisa berbicara dan pergi dia sudah pergi
dari dulu. Tembok itu adalah saksi bisu semua yang terjadi tempat ini. aku
berjalan perlahan menuju kamarku dilantai atas berhati-hati akan
pecahan-pecahan tembikar yang berserakan dilantai atau akan membuat genangan
darah jika mengenainya. aku terdiam
sejenak memikirkan dimana letak kebaikkan dari semua ini.
PRANGG tanpa aku sadari sebuah
botol minuman keras menghantam keras kepalaku seketika aku terjatuh tengkurap
dilantai persis disebelah pecahan tembikar yang nyaris menusuk perutku.
“DARI MANA KAMU ANAK SIALAN?!
DARI MANA?! JAM SEGINI BARU PULANG!!! KURANG AJAR KAMU!”
Kalimat nista kembali keluar kali
ini terlempar dan diarahkan kepadaku. Pandanganku gelapdan kabur tapi aku
mencoba untuk berdiri mencoba menunjukkan bahwa aku tidak lemah. Kepalaku
terasa sakit namun tidak sebanding dengan rasa sakit tak terlihat didalam
hatiku mungkin jika aku mengetahui apa makna dari rasa sakit itu. Aku merasakan
darah mengalir perlahan melewati rambutku dan berhenti sebentar di pipi ku lalu
dengan segera menetes dengan indahnya menuju lantai marmer tak bersalah. Aku
berhasil berdiri walaupun rasanya seperti tak menepak tanah sekeliling
pandangan ku bergoyang-goyang seakan-akan mencoba membiarkanku jatuh.
“entahlah...” aku menjawab dengan
pelan. Aku terlalu malas meladeni pria ini. pria yang ku warisi secara fisik
tinggi badan, mata,hidung dan warna kulitnya. Aku berjalan kembali menuju
kamarku.
“JAWAB KALAU DITANYA! DASAR TIDAK
PUNYA OTAK! INI SEMUA AJARAN KAMU!”
Pria itu mengalihkan perhatiannya
dari aku dan kembali mencaci maki wanita
itu. Aku berjalan perlahan keatas. Aku meraba kepalaku sekilas. Rasa perih
terasa dikepalaku. Mungkin masih ada potongan kaca yang tersisa dikepala ku
bercampur dengan darah dan alkohol yang membuat perih tak tertahankan. Tapi aku
tak peduli. Aku terus berjalan keatas dan masuk kekamar ku.
Aku segera menarik jam dinding
yang tertempel dan membuka rangkanya kembali. Dan kosong. Aku lupa aku telah
memakainya kemarin. Aku menaruh kembali jam dinding ke tempatnya semula. dengan
seadanya aku berjalan kekamar mandi dan menyiram dengan air berharap semua yang
ada disitu terbawa aliran air dan jatuh kedalam lubang tak berujung. Lalu aku
kembali ketempat tidur dan tidur mencoba bermimpi indah seperti hari-hari
sebelumnya. Yeah hanya sebuah harapan dan kata-kata harapan tak berarti.
Selamat malam.
Yang itu judulnya Hilang 2. Kalau saja si penulis mau menunjukkan ke publik, aku rasa cerita ini baik-baik saja untuk dibaca orang lain. Lau mengapa tak dia bagi dengan dunia hal seperti yang dirasakannya? kenapa hanya orang pilihan saja yang ia tuju? C'mon ....
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu